0

Jakarta, GATRAnews "Jabat tangan idola ngeluarin duit, jabat tangan ortu minta duit. Gitu?", "Orang kreatif gak sempat galau, sibuk berkarya" atau "kebelet boker tapi toiletnya penuh orang foto-foto", adalah sebagian kicauan kritis nan kocak dari karakter @JukiHoki di twitter. Akun  dengan 19.000 lebih followers ini adalah representasi karakter yang diklaim nyeleneh dan anti mainstream, yaitu Juki dari komik Si Juki, buah pena Faza Meonk. 

Baru genap setahun komik ini dibuat, respons orang sudah sangat bagus. Apa sih yang tidak mungkin di jaman sosial media dan teknologi seperti ini? Kesempatan itulah yang dibidik oleh sang pengarang , Faza, untuk mempopulerkan karakter si Juki. "Awalnya saya lebih ke karakter oriented, bikin karakter dan media pertama yang saya ulik komik. Saya main di sosial media supaya nyebarnya cepet, supaya orang lebih kenal dan tahu Juki, saya main di facebook dan twitter," kata Faza kepada GATRAnews saat ditemui di acara Popcon Asia, JCC, Senayan, Jakarta, sabtu (6/7). 

Juki yang identik dengan mulut monyong dan gigi besar-besar ini sengaja diciptakan menjadi sebuah karakter unik yang mudah diingat. "Kalau karakter tampan itu membosankan, Orang suka yang unik-unik. Gambar mulut dan gigi saja bisa jadi trademark sendiri, supaya cepat dikenal," ujar komikus kelahiran Jakarta, 23 Agustus 1991 ini. 

Setelah karakter Juki populer di dunia maya, barulah Faza merambah ke komik cetak. Sejak tahun 2011, ia memang sudah membuat komik ngampus online. Kemudian krakter Juki menjadi populer, sehingga dibuatkan komik tersendiri sejak awal tahun 2012. Kini selain komik strip di internet, ada pula komik cetak (sudah berjalan 7 edisi), pernak-pernik merchandise seperti baju, dan akan menyusul game.

"Saya buat komik online terus untuk mentrigger penggemar. Jumlah penggemar nambah terus dan mereka juga cari komik cetaknya," lanjut pengarang yang mengaku hanya butuh sehari saja untuk membuat satu halaman cerita komik strip. 

Selain komik cetak dan komik strip online, Faza juga rutin memperbarui isi kicauan twitter, seolah-olah Juki sendiri yang menulis.  Isinya seputar dunia anak muda, kuliah, curhat soal dosen, dan sindiran-sindiran. Menurutnya, cara itu efektif untuk makin mendekatkan karakter dengan penggemarnya. 

Untuk membuat komik, Faza mengambil ide  cerita dari isu-isu yang sedang hangat, seru, dan banyak dibicarakan. Ia tak hanya ingin membuat komik untuk tujuan lucu-lucuan, tapi juga ingin menyampaikan pesan untuk anak muda, membahas isu sosial dengan gaya sarkasme tapi ringan, yang diakuinya tak seberat isu politik. Pembuat komik yang sedang menjalani tugas akhir kuliah ini juga mengakui ada cukup banyak yang tersinggung dengan yang disampaikan Juki.

"Kita udah siap dengan kritik. Misalnya tentang fans fanatik, baru ngomong dikit langsung marah-marah padahal itu kan kritik terhadap idolanya. Tapi karena karakter Juki ini anti mainstream, diserang pun lanjut aja. Kita memberi pencerahan, kalau ngefans jangan terlalu fanatik," tutur komikus bernama lengkap Faza Ibnu Ubaidilah Salman ini. 
Si Juki juga kadang membahas isu kesehatan seperti masalah rokok, lalu isu kapitalisme, hedonisme, atau isu ringan seperti soal buang air besar. Faza melihat dari pengalamannya ngomik selama setahun lebih bahwa apresiasi untuk komik dalam negeri masih kurang dimata publik. Selain karena lebih banyak komik impor, banyak karakter yang berkualitas pun tidak banyak diketahui sehingga penjualannya kurang dan terpaksa diakhiri oleh pengarangnya.

Belajar dari kenyataan tersebut, Faza pun masuk ke berbagai jenis media. "Kalau ada di kaos temen misalnya. Juga yang main games tahu itu karakter Juki. Kalau mau mempopulerkan komik, jangan dari judulnya, karena orang akan mengenal karakternya, suka, dan cari tahu terus tentang dia. Kalau dulu, nggak bisa kan melihat doraemon ngetwit," komentar komikus yang mengaku terpengaruh oleh gaya komikus Benny & Mice, Eko S. Bimantara, Fujiko Fujio, dan Akira Toriyama ini. 

Kini jumlah penyuka Juki di Facebook saja sudah mencapai 90.000 orang hanya dalam jangka waktu setahun. Diukur dari media sosial, kebanyakan penggemar Juki adalah laki-laki usia 18-24 tahun. Mengawali keahlian gambar dari autodidak, kini komikus yang juga mahasiswa Desain Komunikasi Visual ini memiliki target agar Juki menjadi ikon selanjutnya komik Indonesia, setelah Gundala dan Unyil misalnya. Berbagai rencana termasuk komik versi Juki kecil, film animasi (sedang digarap konsepnya), termasuk waralaba keripik ingin dirambah oleh Faza untuk makin mempopulerkan si Juki. (*/Ven)

http://www.gatra.com/budaya-1/seni/34243-si-juki,-pemuda-unik-yang-berangkat-dari-media-sosial.html

Posting Komentar

 
Top