Serangan monyet ekor panjang (macaca fascicularis) di Gunungkidul makin ganas. Ketersediaan pangan di tempat tinggalnya yang menipis membuat hewan tersebut mencari di lahan warga.
Awalnya koloni monyet ekor panjang di Gunungkidul terkonsentrasi di Hutan Namberan, Paliyan, Gunungkidul. Namun setelah ada penggundulan hutan dan diusir oleh masyarakat, koloni monyet tersebut menjadi terpisah.
Kelompok-kelompok kecil tersebut kemudian menjadi koloni-koloni sendiri dan menyebar ke seluruh wilayah Gunungkidul.
Tercatat saat ini ada tiga koloni besar monyet ekor panjang di Gunungkidul yaitu di Sumurup, Paliyan dan Siung.
Pegiat Ekosistem Karst Gunungkidul Edi Dwi Atmaja mengatakan serangan monyet ekor panjang di Gunungkidul dinilai sudah tidak wajar. Pasalnya monyet sejatinya lebih memilih untuk menjauh dari manusia.
Dia menuturkan hewan yang menyerang biasanya merupakan monyet yang stres. Pada kenyataannya tidak semua ladang pertanian diserang monyet.
Adapun penyebab stres antara lain terusirnya monyet dari koloninya. Selain itu, pengalaman pernah diusir atau mendapat perlakuan kasar dari manusia juga bisa menyebabkan monyet trauma dan stres.
“Rusaknya habitat juga menyebabkan mereka stres. Pada dasarnya koloni monyet memiliki seekor pejantan utama yang bisa menentukan jumlah di dalam koloninya. Mereka mempertimbangkan banyaknya persediaan makanan dengan jumlah koloni sehingga bila anggota berlebih akan ada pengusiran,” papar dia, akhir pekan lalu.
Selain itu, ketika pejantan muda mencoba menantang pejantan utama dan kalah, otomatis pejantan muda itu akan terusir dari koloni. Pejantan yang terusir biasanya membawa serta anggota koloni dan membentuk koloni sendiri.
“Di Gunungkidul ini ada tiga koloni besar monyet yakni di Sumurup, Paliyan dan Siung. Tapi muncul juga di Nglanggeran dengan karakter merusak. Mengenai jumlah seluruh monyet belum ada penghitungan hingga saat ini,” papar dia.
sumber : http://www.harianjogja.com/baca/2014/01/27/serangan-hewan-tiga-kerajaan-monyet-invasi-gunungkidul-485044
Posting Komentar