0

Di dalam sebuah lingkup kerja, mungkin Anda pernah menemukan beberapa karyawan yang sudah bertahun-tahun bekerja namun posisinya selalu sama dengan pertama kali masuk kerja – atau perubahan tidak signifikan. Lalu suatu kali, ada karyawan baru yang masuk ke perusahaan dan dalam waktu beberapa tahun, ia menempati posisi yang lebih dari karyawan lama. Karyawan lama mungkin merasa kesal dengan prestasi karyawan baru. Tapi apakah ia tahu apa proses yang sudah dialami oleh si karyawan baru agar posisinya bisa lebih darinya?

Terkadang manusia merasa aman dan cukup puas ‘ah, saya sih enaknya seperti ini saja’ dengan posisinya sekarang. Jika ada orang lain yang dengan cepat dapat menempati sebuah posisi di atas posisinya, manusia tidak akan suka tanpa mau proses yang dihadapi si orang lain. Mungkin diantara mereka ada yang takut untuk keluar dari pekerjaan yang sekarang dan enggan mencari pekerjaan baru di luar, dengan alasan takut tidak mendapatkan pekerjaan atau pekerjaan yang baru tidak akan sebaik pekerjaan yang sekarang. Mereka takut mengambil resiko yang berada di luar zona nyamannya.

Apa itu zona nyaman (comfort zone)? Menurut Alasdair White (2008), zona nyaman adalah aktivitas mental dimana seseorang menjaga dirinya dari rasa cemas dengan menggunakan perilaku-perilaku untuk menciptakan performa yang stabil, dan biasanya tidak ada keinginan untuk mengambil resiko. Zona nyaman ini sulit diukur karena zona nyaman setiap orang itu berbeda. Dalam kasus di atas, orang tidak mau keluar dari zona nyaman karena mereka takut untuk mengalami kegagalan sehingga mereka memilih berada di dalam zona dan tidak beranjak kemana-mana.

Zona nyaman bisa diperluas dengan pengalaman baru walau terkadang prosesnya tidak mudah dan mungkin menyakitkan. Orang harus merasakan jatuh dan bangun dahulu untuk memperluas zona ini. Misalnya ketika seseorang memutuskan untuk resign dari pekerjaan sebelumnya, lalu mencoba mengambil pekerjaan lain yang harus dibangun dari awal lagi. Contoh lain berdasarkan pengalaman saya bekerja sebagai guru anak berkebutuhan khusus, awalnya saya takut untuk mengajarkan tiga anak berkebutuhan khusus sekaligus dengan diagnosis yang berbeda karena saya takut suasana jadi chaos, anak tantrum, proses belajar berantakan, dan materi tidak tersampaikan. Namun ketika saya mencoba dan berhasil, saya jadi mengetahui bahwa saya mampu mengatasi ketiga anak tersebut dan bisa memegang kendali pada proses belajarnya. Mungkin jika saya takut dan tidak mau mencoba, saya tidak pernah tahu kemampuan saya.

Banyak orang yang stuck dalam sebuah pekerjaan karena takut keluar dari zona nyamannya. Zona nyaman itu kelihatannya baik namun sebenarnya berbahaya. Perhatikan gambar di bawah ini. Kodok tidak menyadari bahwa ia sedang direbus dalam sebuah kuali. Kodok mempunyai sifat jika dimasukkan ke dalam air dingin kemudian dipanaskan, suhu tubuh kodok akan mengikuti kenaikan temperatur sehingga ia tidak sadar bahwa ia sedang direbus. Begitupun dengan manusia jika terus menerus berada di zona nyaman. Manusia tidak akan mempersepsikan bahwa berada di zona nyaman itu tidak membahayakan, padahal jika berada terus menerus di dalamnya, manusia tidak akan berkembang.

comfort-zone

Jika Anda sekarang takut untuk mengambil resiko dan takut mengalami pengalaman baru karena Anda takut gagal atau takut karir yang Anda bangun selama ini hancur, sebaiknya Anda hilangkan pikiran tersebut. Keluarlah dari zona nyaman Anda, karena mungkin Anda akan menjadi tahu kemampuan tersembunyi di dalam diri Anda yang sebenarnya.

Sumber:

White, Alasdair. 2008. From Comfort Zone to Performance Management: Understanding development and performance. Diambil dari website http://www.pm-solutions.com/Performance_ManagementApril2008.pdf.

http://en.wikipedia.org/wiki/Boiling_frog

http://ruangpsikologi.com/zona-nyaman/

Posting Komentar

 
Top