0

Sosok yang dinamis, aktif, produktif, tangguh, semangat, ceria, tangkas, gesit, gagah, bersih, kuat, sepertinya pas banget ya buat ngegambarin karakter pribadi seorang muslim. Kebalikannya adalah stagnan, malas, cemberut, pasif, lemot, letoy, kucel,  lemah. Duuh, sayang banget kayaknya kalau karakter yang kedua ini malah lebih dominan ada dalam diri kita.

Dunia kita adalah dunia penuh karya. Kalau lebih sering tersia-siakan dengan membiarkan sifat negatif terus-menerus menggerogoti produktifitas kita, alamat bakal terbenam dalam keterpurukan.

  
Memang sih, setiap kita dilahirkan pasti memiliki kekurangan di balik kelebihan yang berharga luar biasa. Tapi bukan berarti kita malah asyik bercengkerama dengan kekurangan diri yang semestinya diminimalisir kan? Bahkan saking asyiknya, sampai-sampai lupa dengan potensi kelebihan yang Allah anugerahkan kepada kita.

Enggak sedikit lho -yang sampai saat ini- seseorang bahkan belum menemukan apa potensi diri yang ia miliki. Padahal potensi itu pasti ada. Potensi yang sungguh sangat luar biasa berharganya. Lihat saja betapa banyak kaum yang menjerumuskan diri dalam kubangan narkoba, tawuran, dugem, rokok, hura-hura. Ya, itu saja yang setiap hari memenuhi kehidupan mereka. Sebab mereka sudah kecanduan dengan hal-hal yang demikian sehingga tidak mudah untuk ditinggalkan.

Awal dari keterpurukan tersebut bisa jadi bahkan sangat mungkin disebabkan oleh kemalasan yang diam-diam membujuk dan menguasai diri. Malas memulai, malas bangkit, malas bergerak, malas berusaha, malas berkorban, malas bertindak, malas ibadah, malas makan, malas minum, malas bersih-bersih, malas mandi, malas baca, malas nulis, malas belajar, malas mengendalikan hawa nafsu, malas senyum, malas olahraga, dan malas-malas yang lainnya. Banyak banget ternyata yah?

Tidak dipungkiri bahwa setiap kita mungkin pernah merasakan yang demikian. Berarti hal yang wajar dong? Ya memang wajar jika di suatu waktu kita dihinggapi oleh rasa malas, namun tidak larut di dalamnya dong. Yang enggak wajar tuh kalau terus menerus bermalas-malasan. Pemalas namanya. Rugi.

Nah, Sahabat. Yuk, kita cari tau tentang bagaimana caranya menebas rasa malas agar kita tidak terpuruk! Simak ya yang berikut ini.
Orang Penting

Benarkah hanya presiden, menteri, duta besar, insinyur, profesor, dosen, kepsek, dokter, pilot, dan profesi besar lainnya saja yang disebut sebagai orang penting? Cleaning service, office boy, pembantu rumah tangga, tukang sampah, pemulung, apakah mereka bukan orang penting? Bagaimana dengan diri kita yang belum punya profesi semacam itu?

Bagi orang cerdas, penting atau tidak pentingnya seseorang bukanlah ditilik dari tingkatan profesi semata. Sangat sempit cara berpikir yang hanya melihat seseorang dari sisi ini saja.

Lhah, apa sih hubungannya hal ini dengan mengusir rasa malas? Begini ceritanya.

Sadarilah, bahwa dirimu pun sesungguhnya adalah orang penting! Bagaimana tidak? Dahulu kala Allah memerintahkan kepada malaikat dan syaitan untuk tunduk bersimpuh sujud di hadapan manusia yakni Nabi Adam. Kita ini adalah keturunan Nabi Adam bukan? Kita dimuliakan oleh pencipta kita.

Dahulu kala juga Allah pernah mengabarkan kepada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di muka bumi. Siapa yang dimaksud? Ya kita ini. Manusia. Ternyata ya, kita dicipta di dunia untuk menjadi khalifah fil ardh. Keren nggak tuh?! Lantas apakah khalifah bukan orang penting?

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat “sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang Khalifah di muka bumi..” (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Dari ayat tersebut terlihat bahwa manusia diberi kekuasaan untuk mengolah dan memakmurkan alam ini –dalam rangka beribadah kepada Allah—sehingga akan membedakannya dengan mahluk lain dalam kedudukan dan tanggung jawab. Konsekuensi dari kedudukan dan tanggung jawab tersebut , manusia akan diminta pertanggungjawaban atas segala amal yang dilakukannya dimuka bumi ini sebagai khalifah fil-ardh.

Dari Ibnu Umar RA. Berkata dari nabi SAW sabdanya : “ketahuilah ! Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya..” (HR. Muttafaq Alaih).

Memimpin itu butuh ilmu, butuh kreatifitas, butuh bergerak, butuh keberanian. Nah, kalau kita meleburkan diri dalam lautan malas, bakal jadi pemimpin yang gimana tuh yak? Ilmu nggak punya, kratifitas minim, ongkang-ongkang melulu, pengecut. Wah, kebayang deh gimana menyebalkannya sosok pemimpin yang demikian. Mau jadi yang seperti ini? Oh, tentu tidak!

Padahal tuh, pada masanya nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban atas tugas ini. Sudahkah kita menjadi pemimpin yang baik, yang adil, yang amanah? Minimal dalam memimpin diri sendiri. Lebih-lebih dalam memimpin orang lain, misal dalam organisasi, keluarga, atau lingkungan kita dengan segala sumber daya alamnya yang melimpah ruah.

Selain itu, kita juga diciptakan untuk menjadi abdi. Abdi bagi siapa? Bagi yang menciptakan kita, Sobat. Apakah sebagai abdi juga menjadi indikasi bahwa kita masih tetap orang penting?

“Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu“. (QS : Adz Dzariyat [51] :56).

Yang namanya abdi Allah berarti kita harus menjadikan seluruh hidup kita hanya untuk ibadah. Makan, minum, mandi, tidur, membaca buku, menulis, olahraga, tersenyum, menangis, belajar, bekerja, mencuci, dan aktivitas keseharian kita lainnya adalah ibadah sebagaimana sholat, puasa, zakat, dsb. Nah, kalau malas-malasan termasuk ibadah bukan yak? Jelas deh jawabannya. Lalu, apa hubungannya ibadah dengan orang penting? Dengan semangat ibadah pastinya kita akan disayang olehNya dong ya? Penting nggak tuh?? Wow, Penting Banget!! So, enggak ada orang penting yang pemalas bukan?
Mimpi Besar

Ingatlah, sahabat bahwa kita punya mimpi. Kita punya cita-cita. Kita punya harapan. Kita punya target. Kita ada bukan sekedar untuk menghabiskan nafas yang sudah dijatah masanya. Bukan sekedar melangkah tanpa arah, tanpa pegangan, tanpa tujuan. Kita terlahir untuk menjadi pemenang yang punya tujuan besar dan saat ini sedang kita perjuangkan. Kita bukan pengangguran yang waktu-waktunya habis untuk bersantai-santai dalam kemalasan.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr [59]:18-19)

Apa mimpimu, Sahabat? Pasti ada jawabannya kan? Lupa ya? Supaya enggak lupa, tulislah semua mimpi kita di atas kertas. Ya, mimpi besar! Mimpi yang bahkan tampak tidak mungkin terwujud di mata orang lain. Mimpi yang akan bernilai ibadah di hadapanNYA. Mimpi yang tidak semata bernilai duniawi, tapi  jauh melesat ke alam ukhrawi. Tak masalah apa kata mereka. Tulis sebanyak-banyaknya mimpi yang ingin kita gapai! Lalu perjuangkan satu per satu untuk meraihnya! Semuanya sangat mungkin untuk terwujud nyata. Insya Allah.

Jika hidup kita sudah jelas ke mana arah tujuannya maka optimisme, ikhtiar sempurna,  dan tawakkal harus menyatu dalam jiwa kita. Kalau ada malas yang hinggap, segera tebas dengan bayangan mimpi besar yang akan segera terwujud. Jangan sampai lenyap dilebur bisikan setan berupa godaan untuk menuruti rasa malas dan enggan. Jika tidak, maka bersiaplah untuk kalah sebelum bertanding, atau rugi selamanya. Dan setan pun akan terbahak-bahak mentertawakan kita. Akhirnya mimpi besar itu tinggalah sebagai tulisan yang tergeletak tanpa makna, tanpa suara, tanpa wujud nyata. Sayang sekali! Hanya disebabkan oleh m.a.l.a.s !!
 Sepasang Jiwa Lelah

Ketika balita mungkin kita sering ngompol, sering nangis, sering rewel, belum bisa makan sendiri, mesti dimandiin, sering minta gendong, minta jajan. Setelah agak besar kita disekolahin, dipenuhi kebutuhan sehari-hari, dibeliin buku, tas, sepatu, pakaian. Wah pokoknya banyak banget deh. Lalu kita sering membantah, membentak, marah, ngomel, nyuruh-nyuruh, menuntut ini itu, dan seabreg perlakuan lainnya. Padahal, mereka hingga kini terus memeras keringat, terus mendoakan, terus berkorban, meski dalam kelelahan yang sangat. Lelah yang mungkin tidak pernah mereka ingin tampakkan. Tapi lihatlah garis muka mereka yang tampak semakin jelas dan tua. Lelah dalam pikiran maupun raga. Siapakah mereka? Merekalah kedua orangtua yang telah merawat kita. Merekalah sepasang jiwa lelah itu.

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

Jika keduanya masih ada saat ini, syukurilah dan bahagiakan mereka dengan do’a dan gemilangnya karya kita, sebelum terlambat. Jika salah satu atau keduanya telah tiada, tetap berbaktilah kepada mereka dengan menjalin hubungan baik dengan sahabat mereka ketika di dunia, juga dengan doa dan karya hebat sebagai bukti cinta pada mereka. Bisakah kerja besar ini diperoleh dengan terus memelihara rasa malas? Kasihan kedua raga renta itu jika sampai mereka merasa sia-sia memiliki anak yang tak punya sesuatu untuk diharapkan. Malang sekali sepasang jiwa lelah itu, jika pengorbanan mereka berpuluh tahun hanya berbalas sesuatu yang hampa mengecewakan.

“Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu mau, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim)

Ayo bangkit, singkirkan malas, senyumkanlah mereka!
Tiga Pengawas

Ada dua makhluk, ada satu Dzat. Dua makhluk tersebut tidak pernah salah mencatat, tidak lalai melihat, tidak enggan untuk terus mendokumentasikan apapun gerak-gerik kita. Keduanya adalah malaikat pencatat amal yang selalu membuntuti kita saban hari. Rakib a.s dan Atid a.s. Pencatat amal baik dan amal buruk. Bersamaan dengan itu, ada satu Dzatyang tidak pernah pula tidak mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan, yang tersembunyi dalam hati maupun yang terungkapkan. Dia lah Allah swt Yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.

Dua malaikat dan satu Dzat yakni Allah Yang Esa. Merekalah tiga pengawas yang tak pernah lengah menilai kinerja kita. Kita lagi semangat, lagi malas, sedang berbuat baik, sedang bermaksiat, sedang berkata sesuatu dalam hati, semuanya ada dalam penilaian-Nya dan dicatat oleh dua malaikat yang super teliti. Iih, malu banget ya kalau kerja kita asal-asalan!

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [QS. Qaaf: 17-18]

“…Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu sekalian” (QS an-Nisaa’:1).

Semuanya  tertulis, dan nanti akan diberikan laporan catatan itu kepada kita saat di padang mahsyar. Rona ceria penuh optimisme akan spontan  menghiasi wajah kita apabila ternyata buku catatan amal itu tersambut oleh tangan kanan kita. Dan kita akan bersiap menuju pintu syurga. Masya Allah, beruntung sekali.

Sementara, ada juga yang berwajah muram, sedih, dan super takut sebab buku catatan amal itu terlempar ke arah tangan kirinya atau balik punggungnya.  Inilah orang yang sangat merugi. Dunianya hanya digunakan untuk kesia-siaan alias bermalas-malasan, bukan untuk sibuk beraktivitas yang bermanfaat. Dan ia pun harus siap untuk terseret ke dalam lubang yang berisi kobaran api bergejolak, yakni neraka. Dahsyat banget ya! So, yuk kita tetap bersemangat dalam setiap aktivitas agar kita dapat nilai yang baik dari sang tiga pengawas. Singkirkan M-A-L-A-S!
Sosok Inspiratif

Orang-orang yang telah berhasil menikmati sukses kayaknya pas banget untuk jadi sosok inspiratif bagi kita. Siapa sih yang enggak pengen hidup dalam gemilang sukses? Agar kita nggak banyak bermalas-malasan, oke banget tuh kalau kita mau baca profil dan jejak hidup para insan sukses. Yakin banget deh, mereka bakal menginspirasi kita untuk segera berbenah diri dan berbuat lebih banyak lagi untuk hidup yang sesaat ini.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab [33]: 21).

“Kamu wajib mengikuti sunnahku dan sunnah sahabat Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku.” (HR. Ath-Thabrani)

Suksesnya mereka tentu tidak diraih dengan asal-asalan tanpa perjuangan. Setelah mengetahui jalan juang mereka dan cara mereka meraih kesuksesan kayaknya si rasa malas bakal lari terbirit-birit karena takut dan minder. Berikutnya kita akan melanjutkan meraih mimpi besar yang sudah kita tuliskan. Siap?? Pastiinyaa!
Estafet Kerja

Ketahuilah, Sahabat. Bahwa Allah sudah mengisyaratkan kita agar tidak menjadi pemalas. Dia memerintahkan kepada kita agar jika telah selesai pekerjaan yang satu maka kita harus bersegera melakukan pekerjaan yang lain dengan sungguh-sungguh.

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. Alam Nasyrah:7)

Sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: Apabila telah selesai mengerjakan shalat berdo’alah.

Sebut saja estafet kerja. Jadi tidak ada alokasi waktu untuk menjatuhkan semangat dengan malas-malasan. Bukankah kita sudah memiliki jadwal harian yang mesti kita penuhi. Mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Mestinya semua punya waktu tersendiri untuk dilakukan. Tahu kan konsep kelembamam dalam fisika? Benda yang dalam keadaan diam cenderung malas untuk memulai geraknya. Begitu pun kita. Kalau sudah terjebak dalam diam tanpa aktivitas ya sudahlah, selanjutnya kita bakal malas memulai lagi dan memerlukan energi yang jauh lebih besar untuk membangkitkan semangat kita seperti semula. Lebih menyusahkan bukan?
Charger Diri

Namanya juga manusia kadang juga tetep aja ada yang namanya badmood. Enggak mau ngapa-ngapain. Kalau begini berarti kita dah lowbatt nih. Perlu dicharge, Sobat. Kemana yak nyolokinnya? Hal lain yang bisa menjadi charger diri untuk membangkitkan semangat dan membuang malas antara lain dengan:

    Memberi dan atau meminta nasehat.
    Relaksasi. Maksudnya, kita luangkan sejenak waktu untuk mengendorkan saraf-saraf kita yang tegang akibat aktivitas yang padat. Misal dengan berenang, membaca, berbaring sejenak sambil dzikir, atau hobi kita lainnya yang menyegarkan pikiran. Ingat, sejenak saja lho! Itu pun dengan pilihan aktivitas yang tepat.
    Berdo’a. Setiap do’a pasti akan ada jawabannya. Jadi jangan berhenti berdo’a agar dihilangkan sifat malas dan lemah dari diri kita.

“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)

Mudah, kan?? Enggak percaya? Lakukan saja, dan kita akan dapati buktinya! Yakin bisa! salam sukses! insya Allah..
sumber : http://fimadani.com

Posting Komentar

 
Top