0


Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".
(QS. Al-Baqarah:65)
Manusia monyet adalah manusia yang memiliki perangai dan sikap seperti monyet. Tidak berbeda dengan monyet yang ada di hutan atau yang dipelihara oleh manusia seperti di kebun binatang.
Walaupun secara penampilan manusia tersebut tidak memiliki bulu yang lebat yang menutupi seluruh tubuhnya, berpenampilan necis, memakai jas dan dasi dalam setiap pertemuan. Akan tetapi segala sifat dan perilaku monyet terdapat pada dirinya.
Ada beberapa perilaku monyet yang perlu diketahui agar jangan sampai kita termasuk dalam kelompok manusia monyet, di antara perilaku dan sifat monyet itu adalah sebagai berikut:
Pertama adalah licik, monyet sangat terkenal dengan kelicikannya. Dalam pergaulan dengan sesama monyet atau dengan binatang lainnya, monyet selalu ingin menang sendiri dengan menggunakan segala macam cara, tidak mengindahkan lagi norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat, asal maksud dan tujuan dapat tercapai semua aturan dilabraknya, bahkan monyet tidak lagi memperdulikan halal-dan haram. Ketika melakukan pendekatan dengan pihak tertentu untuk maksud dan tujuan yang akan diraih, sering memberikan janji-janji yang aduhai, janji yang menggiurkan, setelah itu tipu muslihatnya yang beraksi sehingga menimbulkan kekecewaan yang berat bagi orang yang telah menolongnya.
Kedua adalah rakus, monyet sangat rakus dan tamak terhadap makanan, walaupun di mulut dan di tangannya sudah penuh dengan makanan, akan tetapi jika masih terlihat makanan ada di dekatnya, tanpa pertimbangan lagi langsung disikatnya untuk disantap. Bahkan monyet tidak pilih-pilih buah untuk disantap, terkadang buah yang masih muda pun juga disikatnya, termasuk juga kacang, jagung, ubi milik petani. Sehingga monyet sering membuat keresahan di masyarakatnya.
Ketiga adalah mementingkan diri sendiri, monyet ketika telah berhasil di dalam pemenuhan kebutuhannya akan lupa dengan  teman, bahkan ketika sudah mendapatkan makanan yang banyak dan posisi yang tinggi di pucuk dahan, monyet akan selalu bergoyang-goyang kesenangan dihembus angin sepoi-sepoi sambil menikmati pisang yang ada di tangannya. Teman-teman monyet yang melihat tingkah laku monyet di pucuk dahan yang sedang asyik dengan kesenangannya mengharapkan kepeduliannya agar membantu monyet-monyet yang ada di bawah, akan tetapi monyet yang di atas sudah lupa diri, bagaikan kacang lupa akan kulitnya, sehingga kalaupun memberi, hanya kulit pisang yang dilemparkan ke bawah sedangkan isinya sudah dimakan terlebih dahulu.
Keempat adalah minta perhatian, monyet dalam setiap aktivitasnya selalu ingin diperhatikan, sehingga monyet selalu berpindah-pindah tempat, terbang dari suatu ranting ke ranting lainnya bahkan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dan untuk menarik perhatian sering menggunakan kata-kata yang tidak jelas bahkan berteriak ke sana ke mari.

Monyet Dalam Al-Quran

Kata qiradatan, bentuk tinggalnya (single) adalah qirdun yang artinya monyet, dapat kita temui di dalam Al-Quran pada tiga tempat yaitu: surat Al-Baqarah/2:65; surat Al-Maaidah/5:60; dan surat Al-A’raaf/7:168. Untuk lebih jelasnya kita lihat firman Allah tersebut:
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". (QS. Al-Baqarah/2:65)
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maaidah/5:60)
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina. (QS. Al-A'raaf/7:166)
Ketiga ayat di atas bercerita tentang orang-orang Yahudi yang dikutuk menjadi kera yang hina, disebabkan mendurhakai perintah Allah. Mereka telah melanggar perjanjian untuk menghormati hari Sabtu dan tidak bekerja pada hari itu. Lalu mereka mengakali Tuhan dan mencari-cari alasan supaya dapat menangkap ikan yang justru hanya muncul pada hari Sabtu, yaitu dengan cara memasang jala, kail dan perangkap pada hari Jumat sehingga ikan-ikan itu tidak dapat melepaskan diri pada hari Sabtu tersebut. Kemudian mereka akan mengambilnya pada malam Ahad/Minggu sebagai alasan bahwa mereka tidak menangkapnya pada hari Sabtu. Padahal praktek penangkapannya justru mereka lakukan pada hari Sabtu itu karena banyaknya ikan yang muncul ke permukaan telah membuat mereka melupakan larangan Allah. Oleh karena itu Allah mengubah mereka menjadi monyet yang hina.

Manusia Makhluq yang Mulia

Manusia merupakan makhluq yang mulia karena iman dan taqwanya kepada Allah, apabila iman dan taqwanya mengalami degradasi (penurunan derajat) karena melakukan kemaksiatan dan dosa serta tidak malu kepada Allah, maka kedudukannya akan hina bahkan lebih hina dari binatang. Hal ini dijelaskan Allah dalam Al-Quran:
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah/98:6)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raaf/7:179)
Mengapa orang-orang Yahudi dikutuk oleh Allah sebagai monyet yang hina? Karena kelakuan bangsa Yahudi serupa dengan kelakuan monyet, bahkan lebih hina dari monyet yang sesungguhnya.
Oleh karena itu sebagai manusia yang beriman kepada Allah dan Al-Quran sudah seharusnya mengambil sikap tegas terhadap kebiadaban orang-orang Yahudi Zionis Israel, yang telah membantai kaum Muslimin di Palestina khususnya anak-anak yang tidak berdosa. Kita tidak dapat bersikap netral dengan arogansi dan kezhaliman yang telah dipertunjukkan zionis Israel. Kita punya hati nurani, kita punya perasaan, kita punya iman. Oleh karena itu wajib bagi kita mengutuk dengan keras tanpa ada perasaan takut, ini merupakan wujud dari iman yang melekat dalam diri seorang mu’min. Allah berfirman:
Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS. Al-Maaidah/5:78)
Wujud dari sikap tegas kita adalah tidak mendukung setiap gerakan zionis Israel, apalagi masuk bergabung ke dalam yayasannya,  yang mempunyai program menggusur pemukiman Ummat Islam Palestina. Dan janganlah kita membelanjakan uang/harta kita kepada produk-produk Yahudi/Israel, karena setiap dollar keuntungan mereka akan mereka gunakan untuk membeli peluru yang akan diarahkan ke Muslimin Palestina. Ironis memang, terkadang umat Islam sendiri yang membiayai musuh-musuh Islam dalam usahanya untuk merusak umat Islam di belahan bumi lain.
Orang tua kita pernah memberi nasehat, “Bergaul kamu dengan penjual minyak wangi, maka akan wangi juga badanmu. Bergaul kamu dengan pandai besi, maka akan panas dan hitam badanmu.” Nasihat tersebut dapat ditambah, “Bergaul kamu dengan manusia monyet (Zionisme), maka monyet juga kamu jadinya.”
Wallahu ‘alam 
Oleh: H. Ferry Nur S.Si.
  “LIMA MENIT SAJA”   
                                                   Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

Posting Komentar

 
Top